Menguatkan Rantai Nilai Lokal, Herman Djide: Jalan Menuju Kemandirian Ekonomi Desa dan Kesejahteraan Berkelanjutan

Jurnalis Nasional Indonesia (JIN) SINI PangKa Perang Kemerdekaan – Herman Djide, Kepala Desa dan Camat, kemudian menyerukan agar Badan Pembangunan Desa dan Kelurahan dipindahkan ke Padang Pasir, Sabtu (20/2025), Pembangunan Kota dan Kelurahan Seruan untuk merelokasi gereja ke tingkat negara, Sabtu (19-2009/7″).

Herman Djideya, perwakilan dari nama “Impian Langit” mengatakan ingin mengembangkan kemandirian ekonomi ini, tidak ada cara lain untuk membagi rantai nilai lokal di tingkat desa dan kelurahan. Rantai nilai yang berkelanjutan akan dikelola dan dikelola tidak hanya dalam produksi dan distribusi, namun juga dalam solusi berkelanjutan oleh seluruh komunitas senior; Jika rantai nilai yang efisien diperkuat, uang tidak akan mengalir ke pusat-pusat ekonomi yang sangat besar, namun akan terus mengendalikan masyarakat lokal. Hal ini merupakan kunci untuk meningkatkan kesejahteraan banyak komunitas di bawahnya.

Menurutnya, uang yang terus beredar di suatu daerah menimbulkan multiplier effect. Kompetisi lokal diadakan di toko-toko lokal, setiap laporan dijual ke pasar lokal, dan setiap produk yang dikonsumsi oleh penduduk lokal berkontribusi terhadap aliran ekonomi yang sehat dari produk tersebut. Masyarakat tidak hanya menjadi penentu berapa lama mereka tinggal di wilayahnya, namun juga sebagai produsen dan pelaku ekonomi yang aktif dalam pembangunan wilayahnya. Hal ini disebut perekonomian kerakyatan sejati: berbasis masyarakat, inklusif dan berkelanjutan.

Namun, membangun ekosistem ekonomi lokal yang kuat memerlukan tiga elemen utama. Ketiga unsur tersebut adalah desa, usaha kecil menengah (UKM), usaha kecil menengah (UKM), dan koperasi. Meskipun ketiganya mempunyai peran dan karakteristik yang berbeda, ketiganya harus membangun kemandirian ekonomi kota dan sub-wilayah serta saling melengkapi.

Mantan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) ini mengaku merupakan mantan Ketua Bupati Pangkep Pelnama. Badan Usaha Milik Desa mempunyai potensi yang tinggi dan merupakan alat budaya yang penting dalam pengelolaan aset. Bumapeso mengatakan di desa, “Pertanian dan masyarakat bisa menjadi katalis jika didasari oleh kebutuhan dan potensi nyata serta kebutuhan nyata. Sayangnya, banyak yang berjalan karena kurangnya pengelolaan dan kurangnya akses terhadap modal.

Di sinilah peran pemerintah dan bantuan profesional diperlukan. Jika hal ini terus berlanjut, tujuan-tujuan tersebut mungkin akan mencapai usia kekuatan unit usaha produktif yang menargetkan kebutuhan lokal.

Kedua, UKM UKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, termasuk di pedesaan. Dari kalangan pelajar, petani, petani, nelayan, nelayan merupakan pelaku UMKM yang banyak menyerap tenaga kerja.

Tantangan utamanya adalah terbatasnya mata pencaharian, teknologi dan akses terhadap pasar. Untuk membawa Village Munks ke tingkat berikutnya, program pelatihan, platform digital, dan jaringan distribusi yang ada saat ini sangatlah penting. Pemerintah dan sektor swasta harus siap untuk terlibat dalam pasar regional, nasional dan sipil, nasional dan bahkan global tanpa kehilangan identitas lokal.

Ketiga, jembatan. Pemain merupakan forum kolaboratif dengan risiko kolektif berdasarkan prinsip keadilan dan agregasi. Dari sudut pandang pedesaan, koperasi, koperasi, kekuatan ekonomi rakyat, atau koperasi produksi, koperasi atau komunitas produsen dapat menjadi alat yang penting.

Keberadaan koperasi kesehatan akan memberikan alternatif yang terjangkau dan terjangkau bagi anggotanya dan tidak akan terlibat dalam “penjualan lembaga keuangan informal”. Namun koperasi dapat bersaing dalam ekonomi digital, baik secara musiman maupun dalam sistem final.

Dalam ketiga pilar tersebut, ekosistem kebijakan People for People, insentif keuangan, insentif teknologi, penguatan jaringan antar aktor lokal; Melalui industri konstruksi, penting agar pemerintah, universitas, universitas, media dan masyarakat tidak terlihat terisolasi antara pemerintah dan media dan masyarakat.

Penting untuk menciptakan budaya konsumsi lokal di masyarakat. Kampanye cinta produk lokal harus merupakan aksi kolektif, bukan sekedar slogan. Pilihlah untuk menggunakan produk yang dibanggakan oleh masyarakat desa dan tetangganya, dan pengaruh tradisi diam terhadap kesejahteraan adalah kemakmuran direktur. Kita harus mempertimbangkan “mengembangkan apa yang ada di dalam” daripada mencari apa yang “di luar”.

Terakhir, memperkuat rantai nilai lokal bukan hanya soal ekonomi. Ini adalah jalan menuju martabat, kemandirian dan keadilan sosial. Masyarakat pedesaan menguasai sumber daya ekonominya sehingga tidak hanya sejahtera secara materiil tetapi juga sejahtera secara sosial dan politik karena alasan sosial dan politik. Basis ekonomi yang kuat akan menjadi landasan bagi Indonesia untuk kuat dan berdaulat.

Dan dengan meningkatnya tantangan global, divestasi ekonomi lokal akhirnya menjadi prioritas terakhir. Jadi, mari kita semua menggenjot, mempercepat, memberi kehidupan lebih kepada UKM dan menghidupkan kembali semangat gotong royong. Desanya bisa melalui kuas tradisional Indonesia. (Syarifuda)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *