Gaza – Serangan udara Israel, Minggu (Minggu (Minggu (10/8)), telah meningkatkan banyak perhatian di dunia. Serangan yang kuat juga membutuhkan tanggung jawab atas peristiwa menyedihkan ini dari Jerman dan Inggris Raya, sekutu penting Amerika Serikat, Jerman dan Inggris Raya.
Menteri Luar Negeri Jerman di negaranya Hinersöcher dan meminta Israel memberikan instruksi lengkap. “Israel harus menjelaskan mengapa mereka harus mengabaikan jurnalis perang,” kata Hornershaler.
Salah satu jurnalis, Anas al-Sharif, diduga menjadi sasaran penyerangan. Jerman masih menganggap empat dari empat rekan Anas Al ShariF menjadi korban.
Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh Inggris. Kantor Perdana Menteri Inggris Kir Starr mengatakan pihaknya “kecewa” dengan serangan Israel yang terus berlanjut terhadap jurnalis di Gaza.
Serangan tersebut dilaporkan langsung menghantam batu bata di depan Rumah Sakit Al-Shifa di Jalur Gaza bagian barat. Israel sengaja menargetkan Anas Al-Sharif, menuduhnya sebagai “teroris” yang terkait dengan Hamas.
Pembunuhan jurnalis ini menambah daftar panjang serangan terhadap media yang dilakukan pasukan Israel selama 22 bulan terakhir. Menurut Jazeera, setidaknya 200 jurnalis Israel telah dibunuh oleh Israel dalam serangannya di Jalur Gaza.
Jurnalis Al Jazeera Anas Al Sharif dan rekan kami tewas, Al Jazeera melaporkan, CITPING AFP.
Tiga rekan Al ShariS yang tewas dalam penyerangan itu adalah Muhammad Qilekh, Ibenahim Zaher dan Ma’omen AliWa. Anggota pers lainnya adalah Mohammed Noufal, yang kemudian meninggal, sebagai anggota pengemudi dan kru kamera.
Sebagai seorang jurnalis, mendengar berita ini sungguh membuat hati saya patah. Kehilangan rekan kerja dalam situasi konflik bukanlah hal yang nyata. Jurnalis adalah mata dan telinga publik dan serangan terhadap mereka merupakan serangan terhadap kebebasan informasi dan pengetahuan publik. (Seluruh Dunia)