Desa Bulu Cindea Bangkit Jadi Magnet Wisata, Dari Mancing Mania hingga Wisata Peternakan Ayam Kampung 

Pankap Sulsel – Desa Bulu Sindia, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pankajene dan Kepulauan (Pankap), Sulawesi Selatan, kini menunjukkan upaya pembangunan berbasis kapasitas lokal. Selama beberapa bulan terakhir, kota ini tiba-tiba mengalami peningkatan aktivitas wisatawan lokal, terutama karena daya tarik wisatawan memancing yang tumbuh di rawa-rawa yang sebelumnya tidak aktif.

Tak hanya itu, kawasan mangrove pesisir kota juga dikembangkan sebagai destinasi ekowisata yang menarik. Pengunjung tidak hanya bisa menikmati keindahan alam, namun juga belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan pesisir.

CEO Desa Bulu Sindia Made Ali tidak pernah berhenti berinovasi. Ia dan masyarakat kota menjajaki kemungkinan alam lainnya seperti budidaya kepiting jenis lokal, yang telah menjadi citra baru bagi wisata pendidikan dan ekonomi di kota tersebut.

“Kami berupaya untuk menyimpan kepiting Dato di beberapa daerah agar wisatawan dapat melihat sendiri proses pemeliharaan dan pengelolaannya. Ini menjadi daya tarik tersendiri,” kata Made Ali ditemui di sela-sela kegiatan Pemkot.

Tak hanya itu, kota ini juga mengembangkan wisata peternakan ayam gratis. Pengunjung diajak belajar tentang sistem peternakan unggas lokal yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi bagi masyarakat.

Inovasi penting lainnya terlihat pada pemanfaatan rumput laut sebagai bagian dari daya tarik wisata. Proses pengeringan rumput laut yang biasa dilakukan masyarakat di pinggir jalan kini menjadi pemandangan yang menarik bagi wisatawan.

“Kami ingin pengunjung mengetahui bahwa kota kami tidak hanya sekedar pantai. Rumput laut yang dijemur ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kini menjadi tempat berfoto bagi para tamu,” kata Made Ali sambil tersenyum.

Kehadiran wisatawan, terutama pada akhir pekan dan hari libur, memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat setempat. Banyak warga kota yang merasakan manfaat langsung dari pengunjung dari luar daerah.

“Sekarang banyak orang yang mulai berbelanja di toko kami, membeli bensin eceran, membeli makanan, dan juga mencari akomodasi,” kata Rahma, seorang warga yang juga berjualan sembako di dekat jalan utama kota.

Kunjungan juga lebih banyak datang dari institusi pendidikan seperti kampus dan sekolah yang membawa siswa belajar sendiri tentang potensi kota. Mereka belajar tentang ekosistem mangrove, budaya laut, dan kewirausahaan lokal.

Pihak pedesaan kota percaya bahwa pariwisata ini dapat berkelanjutan jika masyarakat terus menjaga keramahan dan kebersihan kota seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan. Ia juga menyelenggarakan pelatihan khusus bagi warga untuk menyambut wisatawan.

“Alhamdulillah perekonomian kota kami mulai membaik. Kami terus berkembang dan terbuka terhadap dukungan masyarakat dan pengunjung,” jelas Med Ali.

Langkah-langkah inovatif ini menjadikan Bulu Scindia sebagai contoh kota kecil yang dapat berkembang dengan memanfaatkan sumber daya alam dan dukungan masyarakat. Kota-kota yang tadinya lewat kini menjadi destinasi.

Dengan rasa persatuan dan inovasi tiada henti, Desa Bulu Scindia bergerak menuju menjadi resor mandiri yang tidak hanya menarik namun juga menginspirasi. (Herman Dezid)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *