Kediri – Di bawah Silent Sky Pare English Village, 27 Múinteoir Maarif Nahdlatul Ulama di pusat Jawa, yang menarik trek pembelajaran tentang bahasa dan waktu, dengan memasukkan bahasa ke dalam pare, menafsirkan literasi di era AI.
Pada generasi kedua Program Beasiswa Pendidikan Nasima (NES), mereka tidak hanya belajar bahasa Inggris, tetapi sebaliknya mengeksplorasi pentingnya melek huruf, teknologi, dan etika pendidikan saat ini.
Program yang berjudul “Bangunan Acity Bahasa Inggris untuk saat ini -oedukator” diadakan dari 6 Juli hingga 16 Agustus 2025 untuk kerjasama antara pusat manajemen regional Java Nu (PWNU) dan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nasima Semarang. Semua peserta dalam keputusan Kyarra, Gedung Kalimantan, Kampung Inggris Pare, Kediri, Jawa Timur.
“Mereka tidak hanya belajar bahasa, tetapi mereka juga mereorganisasi cara berpikir, memahami etika dan menulis dengan hati di era yang sepenuhnya digital,” Dr. H Najahan Musyafak MA, NES -Coordinator.
Program ini tidak hanya fasih dalam bahasa asing, tetapi juga memberi peserta keterampilan kontekstual dan relevan. Jurnalis senior dari Java, Dr. dan Fathuddin Yusuf MA, pelatihan intensif tersedia dalam berita, teknik wawancara dan persiapan barang untuk media cetak dan digital. Menurutnya, kemampuan melek huruf sekarang menjadi persyaratan mendasar untuk setiap profesi.
Sesi pelatihan dari para ahli informasi buatan (AI) Abdul Karim tidak kalah terlibat dalam aspek -aspek filosofis dan praktis pendidikan. Subjek berjudul “Pemahaman Kritis tentang Praktek Literasi dalam AI AI” yang diundang oleh peserta dialog, teks -teks buatan dan strategi pembelajaran desain dianalisis tidak hanya, tetapi juga.
“Teknologi ini akan terus berkembang, tetapi tugas kami sebagai guru adalah untuk memastikan bahwa menulis masih memiliki suara manusia,” kata Abdul Karim dalam sesi terakhir yang penuh refleksi.
Profesor Dr. Kh Hasyim Muhammad Mag secara resmi dari Kampus SMA Semarang Nasima, Profesor Dr. Kh Hassyim Muhammad Mag. Fachddin Karmani, presiden PW LP Maarif Jawa Tengah, dan Sekretaris Muhammad Ahsanul Husna juga hadir. Ahmad Jauhari MPD, Sekretaris NES, mengindikasikan bahwa, setelah program ini, para peserta berharap menjadi agen melek huruf dan menjalankan keterampilan bahasa asing Anda di kasur masing -masing dan masing -masing.
Peserta dari berbagai lembaga berada di bawah naungan LP Maarif sekarang dan RMI (Rabithah Maahid Islamiyah), yang sekarang mencerminkan semangat kerja sama.
Dalam suasana yang hangat dan sedang, Pare tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi untuk menempelkan berbagai ide dan komitmen. Dari sini, para guru membawa pulang lebih dari satu kosakata, mereka kembali ke rumah dengan semangat baru: pendidikan dengan hati, menulis dengan hati nurani dan kemanusiaan teknologi dalam pendidikan harian.
(Dan f/djarmanto-yf2doi)